Text
Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah
Berbagai pokok kajian dan renungan dalam Ilmu-ilmu Budaya yang meliputi bidang- bidang studi Arkeologi, Filologi, Seni Pertunjukan, dan Sejarah diulas secara menarik di dalam buku ini. Sejumlah 45 pokok bahasan dikemukakan dengan menampilkan data baru atau melihat sejumlah data yang sudah tersedia dalam sorotan permasalahan baru, atau dalam keterkaitan baru, dengan melihat relevansinya pada masa kini. Salah satunya adalah tentang pengembangan Arkeologi Maritim. Pokok-pokok kajian yang disajikan dalam buku ini boleh dikatakan lahir sebagai akibat dari rangsangan ataupun kebutuhan untuk mendukung perkuliahan di Fakultas Sastra/Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, khususnya terkait dengan judul-judul mata kuliah seperti Sejarah Kebudayaan Indonesia, Kesenian dan Masyarakat Indonesia, Pengantar Arkeologi, Pengantar Filologi, Kesusastraan Jawa Kuno, Kaidah Kesenian Hindu, Seni Pertunjukan Kuno Indonesia, Sejarah Kesenian, Ikonografi Buddha, Manajemen Sumber Daya Budaya, dan lain-lain. Harapan yang menyertai penerbitan buku ini adalah diperolehnya sambutan yang 'ramai', baik dari sesama penggiat ilmu pengetahuan maupun dari khalayak di luar itu yang tentunya juga senantiasa memerlukan penambahan pengetahuan umumnya, lebih-lebih mengenai kebudayaan bangsanya sendiri. Dari tangan seorang profesor doktor arkeolog yang juga penari, penyair, pengamat seni, dan mantan Dirjen Kebudayaan, sebuah buku kajian tak menjadi kering dan satu dimensi. Kita pun menjadi lebih waspada ternyata berbagai disiplin saling bertindih dalam satu titik bila saja ada mata yang jeli membelahnya. Putu Wijaya, seniman teater, sastrawan, dan budayawan Mungkinkah manusia membebaskan dirinya dari simbol dunia? Gerak bentuk, bunyi, dan teks tak berhenti pada dirinya, tetapi mengatakan lagi tentang sesuatu yang jauh melebihi dirinya. Kumpulan tulisan Dr. Edi Sedyawati, guru besar Arkeologi yang mengarang klasik, dengan manis dan canggih membawa kita memahami dan mendalami dunia yang sesungguhnya mengitari diri kita masing-masing. Taufik Abdullah, sejarawan dan budayawan
BDYIND-004 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain