Text
Pengadilan Ham Diindonesia
perubahan politik telah membangkitkan harapan akan tuntasnya berbagai pelanggaran HAM masa lalu. Pada kenyataannya, itu hanya harapan semu. Dengan keluarnya UU Peradilan HAM ataupun peradilan HAM ad hoc tumbuh keyakinan atas terbitnya keadilan. Namun, buku ini menyimpan kesimpulan yang pedih: perubahan politik justru membawa hukum menjauh dari nilai keadilan. Dikatakan harapan yang semu karena prosesi peradilan seperti ritual yang kaya simbol, tetapi miskin makna. Peradilan malah jadi pelindung dan medan pembelaan para penjahat HAM Tidak saja ini mengacuhkan keberadaan korban, tetapi juga jadi tempat untuk menyucikan kembali 'motif dan tindakan para pelaku, Buku ini memberikan bukti tambahan bahwa sistem politik yang memiliki mahkota demokrasi kerapkali jadi 'penyalur kepentingan-kepentingan pragmatis. Di sana harapan atas keadilan jadi sia-sia dan perjuangan atas tegaknya HAM memerlukan metode dan rintisan jalan baru. Buku ini memberi bukti langsung, sekaligus membantah apa yang jadi postulat umum demokrasi tidak selalu membawa berkah bagi datangnya keadilan!
Dr. Suparman Marzuki lahir di Lampung pada tahun 1961, saat ini menjabat
sebagai anggota Komisi Yudisial (KY) penode 2010-2015 Di bidang akademisi, beliau merupakan pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (Ull) dan aktif di Pusat Studi HAM UII Di tengah kesibukannya di KY dan mengajar, beliau masih menyempatkan membuat tulisan, baik dalam bentuk tulisan di media massa, jurnal, maupun buku Buku-buku hasil karya beliau antara lain Hukum Hak Asasi Manusia (2008), Mengurai Kompleksitas Masalah HAM (2006), dan lain-lain. Beliau juga aktif menjadi trainer dan fasilitator dalam berbagai training HAM dan Polmas
PHAMI-001 | 347.1 MAR p | My Library (300) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain