Text
Demokrasi Lokal Darul Butuuni
Dalam menyusun data kodifikasi sejarah Buton, sejak 1972 penulis telah melakukan penelitian pustaka di berbagai kerajaan di wilayah Sulawesi Tenggara dan kerajaan kerajaan Nusantara termasuk di Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.
Kekalahan Makassar di Teluk Buton menjadikan Belanda sebagai kekuatan utama di Nusantara timur. Armada perang Kerajaan Makassar hancur dan prajuritnya banyak ditawan. Sedangkan Kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo terpecah. Buton dan Ternate baru dalam keadaan sulit pasca perang. Dalam kondisi ini, Belanda leluasa mendiktekan kemauannya melalui Perjanjian Bongaya.
Negara Makassar dan aliansinya seperti Luwuk Bima dan lainnya dianggap negara yang kalah perang alias taklukan Belanda. Buton, Bone, dan Ternate dijadikan negara sekutu. Pasca berakhirnya Arung Palakka dan pelaku perang Teluk Buton Belanda mulai mendiktekan kembali kemauannya untuk menjadikan Bone, Buton dan Ternate sebagai daerah bagian dari jajahan Belanda.
Miris dan menyakitkan serta menimbulkan luka yang dalam bagi masyarakat Nusantara, khususnya di bagian timur ini. Setelah lama merdeka, kesadaran baru seharusnya timbul, kesadaran untuk semakin mencintai NKRI, kesadaran untuk semakin saling menghargai dan kembali mempelajari warisan para leluhur. Apa yang terjadi adalah peristiwa masa lalu yang bukan untuk dilupakan tetapi untuk dipelajari, dipahami, dan dijadikan pijakan untuk melihat hari esok yang lebih baik.
Dari sumber-sumber naskah yang beragam hingga sumber kepustakaan di Pattani dan Brunei Darussalam, menjadikan buku ini patut dijadikan pertimbangan untuk penelusuran kebenaran dari hal-hal yang masih bisa diperdebatkan melalui pengembangan penelitian yang ilmiah multi disiplin.
DLDB-002 | 909.041 MA'M d c2 | My Library (900) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain